Wednesday, July 29, 2009

Film Merah Putih Bangkitkan Nasionalisme



Film garapan anak negri bertajuk "MERAH PUTIH" trilogi indonesia yang merupakan bukti keseriusan para senias film tanah air segera beredar Agustus 2009, film yang rencananya bakal di putar serentak pada tgl 17 agustus 2009 ini kabarnya menghabiskan dana sekitar $ 6Jt atau setara dengan 60 Miliar. film yang merupakan hasil kolaborasi PT. Media Desa dan Margate House telah melibatkan profesionalitas perfilman terbaik dari tanah air maupun manca negara. Film ini juga melibatkan pembuat film terbaik dari dalam negeri dan luar negeri ini menjadi karya kolaborasi yang menyuguhkan kualitas film Hollywood.



Film ini disutradarai oleh Yadi Sugandi, yang juga pernah menjadi pembuat film dan penata gambar terbaik untuk Laskar Pelangi, Under The Tree, Tiga Hari Untuk Selamanya dan The Photograph, film Merah Putih ini juga menampilkan aktor dan aktris muda terbaik Indonesia antara lain :

- Lukman Sardi (Laskar Pelangi, Quickie Express, 9 Naga, Gie)
- Doni Alamsyah (Fiksi, 9 Naga, Gie)
- Darius Sinathrya (Ungu Violet, D'Bijis, Naga Bonar Jadi 2, Love)
- Zumi Zola (Kawin Laris)
- T. Rifnu Wikana (Kado Hari Jadi, Laskar Pelangi)
- Rahayu Saraswati

Film “Merah Putih” memiliki unsur drama, aksi, roman, komedi, dan tragedi, yang di atas segalanya film ini merupakan kisah tentang persatuan yang telah berhasil memenangkan kemerdekaan. Ceritanya sendiri mengambil seting temporal masa revolusi fisik pasca-1945. Walaupun bersetting masa revolusi fisik, film garapannya itu murni fiksi. Kehadiran tokoh-tokoh historis seperti Soedirman dan van Mook diakui sekadar perangkai cerita. Dengan klaim murni fiksi, Yadi jadi bebas berekspresi dan akan lepas dari tuduhan melakukan penyelewengan sejarah.

Dalam film ini, diceritakan tentang perjuangan lima kadet yang mengikuti latihan militer di sebuah kota di Jawa Tengah. Mereka, Amir (diperankan Lukman Sardi), Tomas (Dodi Alamsyah), Dayan (Teuku Rifnu), Senja (Rahayu Saraswati), dan Marius (Darius Sinathrya), sukmasing-masing punya latar belakang,u, dan agama yang berbeda. Suatu ketika, kamp tempat mereka berlatih diserang tentara Belanda. Seluruh kadet kecuali lima sekawan itu dibunuh. Mereka yang berhasil lolos, bergabung dalam pasukan gerilya Soedirman di pedalaman Jawa, yang cukup mengagumkan, untuk menghasilkan film ambisius yang baik tadi, produksi juga melibatkan beberapa ahli dari mancanegara yang terdiri atas ahli efek khusus (special effects) dan veteran perfilman Hollywood yakni Koordinator efek khusus dari Inggris Adam Howarth (Saving Private Ryan, Blackhawk Down), Koordinator pemeran pengganti (stunt) Rocky McDonald (Mission Impossible II, The Quiet American). Make-up dan visual effects oleh Rob Trenton (The Dark Knight), Konsultan ahli persenjataan adalah John Bowring (Crocodile Dundee II, The Matrix, The Thin Red Line, Australia, X-Men Origins:Wolverine) dan Asisten Sutradara adalah Mark Knight (December Boys, Beautiful). Semoga kualitas spesial efek dan perangnya bisa benar2 jadi nomor wahid mengingat para spesialis yang telah berpengalaman di berbagai judul film2 besar internasional tersebut.

Demi kepentingan syuting film ini kabarnya objek bersejarah sekelas Lawangsewu pun kabarnya ikutan diledakkan, ahli efek khusus asal Inggris Adam Howarth ikut terlibat dalam insiden ini. Tapi yang jelas itu semua hanya demi kepentingan pembuatan film ini semata bukannya sungguh2an. Mengingat Lawangsewu bangunan bersejarah, Howarth harus bekerja ekstra-hati-hati. Bagaimana efek ledakan yang dahsyat itu tidak merusak secuil pun bagian bangunan itu. "Semuanya sudah dirancang sedemikian rupa sehingga aman terhadap bangunan. Material tiruan yang digunakan juga bersifat ringan," ujar Howarth.

film ini di produksi dengan skala besar dan tidak setengah-setengah dan film ini rencananya juga akan di bawa ke Festival Film kelas dunia baik di Asia, Eropa maupun Amerika. Dari film ini diharapkan bisa memotifasi dan menumbuhkan jiwa nasionalisme masyarakat indonesia.


3 comments:

@ndre said...

tq ke produsernya serius menggarap film tema ini.

tp scr umum kualitas merah putih masih jauh dibanding film janur kuning ketika saya SD. byk hal2 yg janggal (misalnya penggunaan kata kangen??), alur crita yg datar2 saja, permainan karakter yg lemah dan misalnya properti yg dipake baru2 semua dan malah terkesan ditengah perang pun baju2nya abis dicuci dan disetrika..hmmm darius tetap klimis????

Admin said...

He he he, bener banget bro, gw sendiri belom nonton nih film, tapi komentarnya sama. Btw all over nih film keren, semoga next nya senias kita bisa lebih jeli memproses setiap adegan dalam film yg dibuatnya.

J-rock stars said...

film nya keren

Post a Comment